Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan tindak tutur yang digunakan polisi kepada masyarakat saat masyarakat mengadukan masalahnya ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Depok. Perbedaan terjadi karena adanya latar belakang dan gaya bicara yang berbeda tiap polisi saat memberikan penjelasan atau solusi kepada masyarakat meskipun Standar Operasional Prosedur telah diterapkan dalam SPKT Polrestro Depok. Selain itu, adanya ketidakpuasan masyarakat saat melakukan pengaduan ke bagian Sentra Pelayanan Kepolisian TerpaduPolres Metro Depok pun menjadi latar belakang penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam prinsip kerja sama dalam tindak tutur polisi dan masyarakat yang dianalisis dengan menggunakan SPEAKING Hymes. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi komunikasi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui rekaman suara antara polisi dan masyarakat yang hadir dalam SPKT Polres Metro Depok kepada 15 Masyarakat yang memiliki perbedaan usia, pekerjaan, dan masalah yang sedang dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan adanya fenomena berbeda dari tindak tutur Polisi SPKT dan masyarakat dalam pematuhan prinsip kerja sama Grice. Pada penelitian ini, pematuhan maksim kuantitas ditemukan paling banyak dilakukan oleh Polisi dan Masyarakat serta komunikasi berjalan baik dan lancar. Penelitian ini mematahkan pula adanya pernyataan bahwa pematuhan maksim kuantitas berbanding lurus denga tidak santun. Kebaruan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode ethnografi komunikasi SPEAKING Hymes yang dianalisis dan dikaitkan dengan pematuhan maksim prinsip kerja sama Grice dalam tindak tutur polisi antara polisi dan masyarakat yang hadir di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Depok.Kata kunci: etnografi komunikasi, prinsip kerja sama, tindak tutur, setting, participant, end, act sequence, keys, instrumentalities, norms, genre