Seiring dengan meningkatnya persaingan global, organisasi dipaksa untuk menjadi inovatif. Oleh karena itu perilaku kerja inovatif menjadi prasyarat penting untuk kelangsungan hidup dan perkembangan suatu organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perilaku kerja inovatifyang dibentuk oleh pemberdayaan karyawan, procedural justice, otonomi kerja, dan work engagementdari karyawan perusahaan perkebunan milik negara.Sampel penelitian berjumlah 173 responden yangdalam penelitian ini adalah karyawan pada tingkat manajemen rendah (setara supervisor) yang dipilih dengan metodeprobability sampling, denganteknik proporsionalrandom sampling.Desain penelitian bersifat eksplanatori menggunakan desain cross sectional. Data dianalisa dengan PLS-SEMuntuk menguji hubungankausal di antara variabelyang diteliti, dengan menggunakan perangkat lunak Smart PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work engagementberpengaruh langsung dan positif terhadap perilaku kerja inovatif dan mampu menjadi mediator untukpengaruh pemberdayaan karyawan dan otonomi kerja terhadap perilaku kerja inovatif. Yang unik dari hasil penelitian ini adalah procedural justicetidak mampu meningkatkan perilaku kerja inovatif baik secara langsung maupun melalui mediator work engagement. Budaya Jarak Sosial dan Feminisme dari Hosftede (2011) yang masih kental di perusahaan ini menjadi factor penyebab. Hasil temuan dalam penelitian ini membawa implikasi pentingnya perusahaan untuk membangun iklim kerja inovatif. Oleh karena itu manajemen SDM perusahaan disarankan utuk membuat kebijakan untuk meningkatkan perilaku inovatif karyawan, mensosialisasikan proses kerja inovatif, melakukan pelatihan peningkatan perilaku kerja inovatif, mengaktifkan kelompok-kelompok kerja berbasis kerja inovatif, menyiapkan alat kerja yang menunjang inovatif, membuat program reward bagi karyawan yang mampu meningkatkan perilaku inovatif, dan melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan inovatif.
Kata-Kata Kunci: perilaku kerja inovatif, pemberdayaan karyawan, procedural justice, otonomi kerja, dan work engagement.