Situasi krisis akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini membutuhkan
pola kepemimpinan transformasional. Kebutuhan tersebut tidak hanya pada level
pemerintah pusat atau pemerintah daerah, tetapi juga pemerintah desa. Penerapan pola
kepemimpinan transformasional di desa sangat diperlukan pada saat pandemi COVID19, terutama di tengah minimnya sumber daya manusia unggul, fasilitas kesehatan,
infrastruktur penunjang bencana maupun terbatasnya sumber dana desa. Pada saat
pandemi kepemimpinan transformasional kepala desa dituntut untuk dapat
mendekontruksi pola kehidupan lama menjadi pola kehidupan baru di tengah-tengah
ancaman krisis ekonomi maupun krisis kesehatan warga desa. Karena itu, tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pola kepemimpinan transformasional kepala desa
dalam menghadapi pandemi COVID-19. Studi ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Kerangka analisis menggunakan
soft system methodology (SSM). Adapun temuan penelitian ini secara teori adalah
penggabungan teori kepemimpinan transformasional yang dikemukakan oleh Bass
(pertimbangan individu, stimulasi intelektual, pengaruh teridealisasi dan motivasi
inspirasi) serta teori modal manusia yang dikemukakan oleh Armstrong tentang
potensi modal sosial, organisasi maupun intelektual yang dapat digerakan untuk
mendapatkan modal manusia yang direkatkan dengan budaya gotong royong mampu
menghasilkan proses non-transaksional untuk dapat mewujudkan visi dan misi
seorang pemimpin transformasional. Adapun temuan secara empiris, kepemimpinan
transformasional kepala desa saat krisis merupakan kepemimpinan yang mampu
mengajak bekerja sama antara warga desa serta mengkomunikasikan secara vertikal ke
pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui saluran politis untuk kesejahteraan
warga desa.
Kata kunci : Kepemimpinan Transformasional, Pengaruh Teridealisasi, Motivasi
Inspirasi, Pertimbangan Individu, Stimulasi Intelektual.