Penelitian ini bertujuan untuk memahami citra perempuan ningrat yang terdapat
dalam novel Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer dan Segala
yang Diisap Langit karya Pinto Anugerah dengan menggunakan kajian Simbolik
Roland Barthes. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
deskripsi dan riset kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu deskriptif analitik. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan
adalah: 1) terdapat 60 leksia yang ditemukan di novel Panggil Aku Kartini Saja
karya Pramoedya Ananta Noer yang tersebar ke tiga macam kajian simbolik
Roland Barthes berupa 45 leksia antitesis, 12 leksia kemenduan, dan 3 leksia
pertentangan dua unsur. Keseluruhan leksia memberi gambaran bahwa Kartini
adalah seorang perempuan ningrat yang memiliki citra: memegang teguh agama
yang dianut, menyayangi ayahnya, berjuang untuk kepentingan rakyat dengan
cara menulis dan mendirikan sekolah khusus perempuan, produk pergesesan
budaya timur dan barat, suka membaca, dan sebagainya. 2) Terdapat 32 leksia
pada novel Segala yang Diisap Langit karya Pinto Anugerah. Leksia-leksia
tersebut tersebar ke tiga macam kajian simbolik Roland Barthes berupa
kemenduaan, antitesis, dan pertentangan dua unsur. Ada 7 leksia kemenduaan, 20
leksia antitesis, dan 5 leksia pertentangan dua unsur. Keseluruhan leksia memberi
gambaran bahwa Bungo Rabiah adalah seorang perempuan ningrat yang memiliki
citra bangga terhadap garis keturunan, mau memperjuangkan cita-citanya,
menyayangi anak-anaknya, dan tegar. Novel Panggil Aku Kartini Saja layak
dijadikan suplemen pembelajaran sastra di SMA sementara novel Segala yang
Diisap Langit layak dijadikan suplemen pembelajaran sastra di perguruan tinggi.
Kata Kunci: Novel, Citra Perempuan, Kajian Simbolik Roland Barthes