Cara seseorang menunjukkan kesantunan tindak tutur tidak hanya dilihat dari
pemahaman makro tentang bagaimana peserta tutur dapat saling menjaga muka dan
menjaga maksim dengan penyertaan elemen-elemen linguistiknya. Kesantunan tindak
tutur harus lebih dilihat dan dipahami secara mikro; lebih spesifik pada konteks
penggunaan bahasa dalam sebuah komunitas bahasa sebagai praktik budaya, baik
secara kolektif maupun individu. Dengan menggunakan perspektif etnografi komunikasi,
penelitian saat ini menginvestigasi kesantunan tindak tutur dalam konteks interaksi
komunikasi bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas, di wilayah provinsi
Sulawesi Tenggara, Indonesia. Hasil analisis S-P-E-A-K-I-N-G menunjukkan bahwa
kesantunan tindak tutur yang tampak dalam proses bimbingan dan konseling, pada
kenyataannya, dimediasi secara pragmatis oleh penggunaan dialek dan logat lokal.
Untuk menemukan bentuk, fungsi, strategi, dan prinsip kerja sama kesantunan tindak
tutur yang ada dalam proses pertuturan maka dilakukan analisis lebih lanjut
menggunakan teknik pengkodean yang sekaligus bertujuan untuk mengkonstruksi sebuah
konsep. Hasil analisis menunjukkan tiga bentuk kesantunan, empat fungsi kesantunan,
enam strategi kesantunan, dan dua prinsip kerja sama kesantunan. Hasil konstruksi
konsep dari keempat variabel kemudian diberi label ‘Kesantunan Dialek’ sebagai
sebuah praktik budaya komunikasi. Untuk luaran dari penelitian ini mencakup kegiatan
sebagai pembicara dalam konferensi Internasional, publikasi buku, dan publikasi jurnal.
Kata kunci: bentuk kesantunan, fungsi kesantunan, kesantunan dialek, praktik
budaya komunikasi, prinsip kerja sama kesantunan, strategi
kesantunan, tindak tutur