Problematika kerusakan alam menjadi topik yang tidak pernah kadaluwarsa. Karya sastra
sebagai media untuk menyebarluaskan nilai-nilai dan moral baik dalam kehidupan. Salah
satunya naskah drama Mata Air Mata (MAM) karya Lab Teater Ciputat yang
mengangkat isu lingkungan. Diseminasi pesan baik ini dapat dilakukan karena naskah
MAM merupakan kumpulan ketidaksadaran kolektif yang perlu ditelusuri penanda dan
petanda dari tokoh-tokoh yang dihadirkannya. Penelitian ini akan membahas
ketidaksadaran kolektif berupa arketipe, semiotik arketipe, dan ideologi tokoh dalam
perspektif ekokritik, dalam naskah drama MAM. Pembatasan masalah berfokus pada
arketipe dominan setiap tokoh di dalam naskah drama MAM yaitu tokoh Tuamata, Nyi
Shima, Nyi Dara, Kabut Air, Kabut Malam, Kabut Pagi, Kabut Asap. Metodologi
penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Pembahasan menggunakan teori
ketidaksadaran kolektif Carl Gustav Jung dan semiotik Charles Sanders Peirce. Hasil
penelitian ini menunjukkan arketipe dominan dari tokoh Tuamata yaitu the wise old man
dan menunjukkan ideologi antroposentrisme. Arketipe dominan dari tokoh Nyi Shima
yaitu the shadow menunjukkan ideologi ekosentrisme. Arketipe dominan dari tokoh Nyi
Dara yaitu the shadow menunjukkan ideologi ekosentrisme. Arketipe dominan dari
tokoh Kabut Air yaitu the shadow menunjukkan ideologi antroposentrisme. Arketipe
dominan dari tokoh Kabut Malam yaitu the cargiver menunjukkan ideologi
antroposentrisme. Arketipe dominan dari tokoh Kabut Pagi yaitu the cargiver
menunjukkan ideologi antroposentrisme. Arketipe dominan dari tokoh Kabut Asap yaitu
the trickster menunjukkan ideologi antroposentrisme.
Kata kunci: Ketidaksadaran Kolektif; Semiotik; Ekokritik; Naskah Drama; Lab
Teater Ciputa

T1177

LT/ts T1177

Perpustakaan Pascasarjana UNJ

Available